Perencanaan Keuangan Keluarga | Akuikut – Keluarga adalah bagian terkecil dari pelaku ekonomi yang memberikan sumbangan terhadap total Produk Domestik Bruto dan berimplikasi pada perekonomian Nasional. Begitu juga sebaliknya ekonomi Nasional maupun Global berpengaruh terhadap kondisi ekonomi keluarga.
Sehingga Krisis Nasional atau Global akan berpengaruh terhadap keuangan dalam keluarga. Penelitian tentang ketahanan keluarga terhadap krisis telah dikemukakan oleh Lown (1984) bahwa keluarga harus mampu mengatasi ekonomi yang semakin kompleks. Seperti ancaman resesi terus-menerus, mudahnya akses hutang, kenaikan harga BBM yang tidak terprediksi, perubahan kebijakan publik. Untuk itu perlu perencanaan keuangan yang baik.
Menurut Financial Planning Standarts Board, Perencanaan Keuangan Keluarga adalah proses mencapai tujuan hidup seseorang dalam mencapai kesejahteraan melalui manajemen keuangan secara terencana.
Baca: Perencanaan Keuangan Keluarga https://www.fpsb.org/
Kondisi keuangan keluarga disebut terkendali dan stabil apabila tahan menghadapi guncangan krisis, terpenuhi semua kebutuhan, keseimbangan pendapatan dan pengeluaran. terjaminnya kesehatan dan keamanan, serta ada Pertumbuhan Aset.
Belajar dari saat Pandemi Covid adalah krisis kesehatan yang telah menciptakan kondisi tidak terkendali, Sebagian besar orang tidak ada persiapan sama sekali. Harga Obat bisa naik sampai 300% – 500% begitu juga harga kebutuhan pokok. Kepanikan membuat orang kehilangan kendali atas hidup dan keuangan.
Untuk mencapai kestabilan keuangan keluarga dalam menghadapi krisis perlu memahami semua faktor – faktor yang bisa menyebabkan krisis keuangan keluarga.
Berikut Faktor yang menyebabkan krisis dalam perencanaan keuangan keluarga.
Faktor Internal Krisis Perencanaan Keuangan Keluarga
Faktor Ketidakpastian Pendapatan
Berdasarkan teory Keyness bahwa pendapatan mempunyai pengaruh yang sangat kuat terhadap konsumsi rumah tangga. Pendapatan setiap keluarga seharusnya berbanding lurus dengan meningkatnya pengeluaran. Apabila pendapatan terganggu maka akan berpengaruh besar terhadap kondisi keuangan keluarga.
Dengan kondisi ekonomi yang fluktuatif juga berpengaruh terhadap penghasilan yang flutuatif, baik pebisnis maupun karyawan. Status karyawan tetap tidak menjamin kestabilan pendapatan karena kemampuan perusahaan membayar karyawan tergantung perkembangan perusahaan.
Berdasarkan pengalaman standart perusahaan menetapkan rata – rata peningkatan pendapatan :
Untuk keluarga yang mengandalkan kenaikan gaji maka akan kesulitan bertahan dalam menghadapi krisis yang mengalami lonjangan kebutuhan lebih tinggi. Untuk perlu melakukan Perencanaan Peningkatan Penghasilan seperti :
Faktor Peningkatan Kebutuhan Harian
Setiap perubahan dalam diri dan keluarga memiliki pengaruh terhadap perubahan kondisi keuangan misalkan:
Saat normal peningkatan kebutuhan bisa naik mencapai 30% – 50% namun saat krisis bisa 100% – 300%. Hal yang perlu yang perlu dilakukan adalah sebelum membuat perencanaan pengeluaran Anggota Keluarga, tahunan :
Faktor Pendidikan dan Produktivitas
Pendidikan dan keikutsertaan anggota keluarga pada lembaga berpengaruh terhadap pola konsumsi rumah tangga. Keluarga yang menanggung anggota keluarga yang sedang pendidikan memiliki beban dan risiko menghadapi krisis lebih besar.
Meskipun demikian, pendidikan dan keahlian adalah hal sangat penting sebagai asset tidak terlihat (intangibles asset) jangka panjang dan menghasilkan pendapatan hadapi krisis. Setiap bulannya bisa mengalokasikan biaya pendidikan dan pelatihan setiap bulannya 5% – 10% dari penghasilan. Untuk Pendidikan perlu perencanaan pendidikan yang baik dan selesai sesuai target.
Faktor Perubahan Gaya Hidup
Perubahan gaya hidup memiliki pengaruh yang cukup signifikan terhadap perencanaan keuangan. Perubahan gaya hidup seperti perubahan standart barang yang dibeli misalnya biasa meggunakan pakaian atau tas produk lokal berubah menjadi pakaian dan tas produk luar.
Memiliki barang berkualitas dan bermanfaat sekaligus bisa bergaya boleh saja, namun perlu memilih dan memilah barang apa saja yang perlu Branded dan barang apa saja yang tidak perlu branded. Misalkan membeli barang branded berkualitas untuk mendukung pekerjaan. Seperti Laptop, HP, Mobil untuk kerja, atau satu dua baju untuk acara khusus.
Faktor Emosional
Faktor Emosi berpengaruh terhadap krisis dalam keluarga temasuk dalam perencanaan keuangan keluarga. Anggota keluarga yang memiliki tingkat insecure yang tinggi terhadap sesuatu rentan terhadap krisis keuangan. Rasa kawatir, tidak percaya diri dengan diri sendiri menyebabkan mudah tergoda membeli barang yang tidak perlu bahkan bisa rela berhutang untuk hal konsumtif. Pada saat krisis emosi yang tidak stabil mempunyai pengaruh yang besar terhadap keputusan keuangan. Seperti membeli peralatan kecantikan, pakaian, dan barang kebutuhan karena iklan atau mengikuti orang lain. Untuk kondisi tersebut perencanaan keuangan sebaiknya oleh ahli perencanaan keuangan.
Faktor Eksternal Krisis Perencanaan Keuangan Keluarga
Faktor Krisis Global dan Ekonomi Makro
Berdasarkan penelitian Ezeji(2015) Inflasi dan nilai tukar berpengaruh terhadap perencanaan keuangan keluarga khususnya konsumsi rumah tangga. Inflasi dan perubahan suku bunga Bank berpengaruh terhadap kenaikan cicilan pinjaman baik KPR, harga barang Impor dan Ekspor. Untuk itu menjadi prioritas dalam perencanaan keuangan :
Faktor Force Majeure atau musibah
Faktor yang tidak terduga dan merubah kondisi ekonomi keluarga secara drastis seperti bencana alam, pandemi global, peperangan, kecelakaan. Untuk menghadapi resiko force majeure ini perencanaan keuangan terbaik adalah dengan :
Faktor Komunitas dan Pergaulan
Faktor pergaulan semua anggota keluarga sangat besar pengaruhnya terhadap pengelolaan keuangan keluarga. Lingkar pertemanan sangat menentukan dalam membuat keputusan apakah baik atau tidak. Prioritaskan pengeluaran untuk komunitas dan lingkar pertemanan yang baik dengan:
Semoga artikel ini dapat membantu perencanaan keuangan keluarga khususnya dalam menghadapi krisis.
Referensi: